Friday, March 26, 2010

Selawat Azamiah (الصلوات العظمية )

Selawat Azamiah (الصلوات العظمية )

Lafaznya ialah:-

اَللّهُمَّ اِنِّيْ أَسْاَلُكَ بِنُوْرِ وَجْهِ اللهِ الْعَظِيْمِ الَّذِي مَلأ أَرْكانَ عَرْشِ اللهِ الْعَظِيْمِ وَقَاْمَتْ بِهِ عَوَاْلِمُ اللهِ الْعَظِيْمِ أَنْ تُصَلِّىَ عَلَى مَوْلانَا مُحَمَّدٍ ذِي الْقَدْرِ الْعَظِيْمِ وَعَلَى آلِ نَبِيِّ اللهِ الْعَظِيْمِ بِقَدْرِ عَظَمَةِ ذَاْتِ اللهِ الْعَظِيْمِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ عَدَدَمَا فِيْ عِلْمِ اللهِ الْعَظِيْمِ صَلاةً دَاْئِمَةً بِدَوَاْمِ اللهِ الْعَظِيْمِ تَعْظِيْمًا لِحَقِّكَ يَا مَوْلانَا يَا مُحَمَّدُ يَا ذَا الْخُلُقِ الْعَظِيْمِ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ مِثْلَ ذَلِكَ وَاجْمَعْ بَيْنِىْ وَبَيْنَهُ كَمَا جَمَعْتَ بَيْنَ الرُّوْحِ وَالنَّفْسِ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا يَقَظَةً وَمَنَامًا وَاجْعَلْهُ يَارَبِّ رُوْحًا لِذَاْتِىْ مِنْ جَمِيْعِ الْوُجُوْهِ فِى الدُّنْيَا قَبْلَ الأخِرَةِ يَا عَظِيْمُ

Ertinya:- Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepadaMu dengan Nur Wajah Allah yang Maha Besar, yang memenuhi segala penjuru ‘Arasy Allah Yang Besar, dan dengannya berdiri seluruh alam Allah yang Agung. Moga Engkau berselawat ke atas penghulu kami Muhammad S.A.W yang mempunyai martabat yang agung dan ke atas keluarga Nabi Allah Yang Besar, dengan kadar kebesaran Zat Allah Yang Maha Besar, pada setiap kerlipan mata dan nafas sebanyak bilangan ilmu Allah Yag Maha Besar, dengan selawat yang berkekalan sebagaimana kekalnya Allah Yang Maha Besar, Penghormatan bagi Engkau wahai tuan kami, wahai Muhammad, wahai yang mempunyai akhlak yang besar (indah). Salam kesejahteraan daripadaMu ke atas keluarganya seperti yang demikian itu juga. Himpunkanlah di antara aku dan dia (Nabi Muhammad S.A.W ) sebagaimana Engkau menghimpunkan antara roh dan jasad, zahir dan batin sama ada ketika sedar atau tidur. Jadikanlah dia (Nabi Muhammad S.A.W ) wahai Tuhanku, roh bagi zatku daripada sekalian wajah (keadaan) di dalam dunia ini sebelum hari akhirat, wahai Allah yang Maha Besar.

Sunday, March 21, 2010

Definisi Tarekat

Tarekat berasal dari bahasa Arab thariqah, jamaknya tharaiq, yang berarti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) Metode, system (al-uslub), (3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), (4) keadaan (al-halah), (5) tiang tempat berteduh, tongkat, payung (‘amud al-mizalah).

Menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat.

Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.

Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan) dan sistem hirarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah dan silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan karamah, barakah atau syafa’ah atau limpahan pertolongan dari guru.

Pengertian diatas menunjukkan Tarekat sebagai cabang atau aliran dalam paham tasawuf. Pengertian itu dapat ditemukan pada al-Thariqah al-Mu'tabarah al-Ahadiyyah, Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naksibandiyah, Tarekat Rifa'iah, Tarekat Samaniyah dll. Untuk di Indonesia ada juga yang menggunakan kata tarekat sebagai sebutan atau nama paham mistik yang dianutnya, dan tidak ada hubungannya secara langsung dengan paham tasawuf yang semula atau dengan tarekat besar dan kenamaan. Misalnya Tarekat Sulaiman Gayam (Bogor), Tarekat Khalawatiah Yusuf (Suawesi Selatan) boleh dikatakan hanya meminjam sebutannya saja.

Kedudukan Tarekat dalam Empat Kedalaman Spiritual Beragama

Syariah-thariqah-hakikah.jpg

Bagan Empat Tingkatan Spiritual Umum dalam Islam, syari'at , tariqah atau tarekat, haqiqah atau hakikat (dari kata Haqq). Tingkatan keempat, ma'rifat , merupakan tingkatan yang 'tak terlihat'. Tingkatan keempat sebenarnya merupakan inti dari wilayah hakikat, sebagai esensi dari seluruh tingkatan kedalaman spiritual beragama tersebut.