Tuesday, June 8, 2010

Jalan Selamat

Ada DUA jalan selamat yang boleh menjadi pilihan seorang islam...

1. jalan ke syurga
2. jalan ke Tuhan Allah Robbul Jalil



Jalan 1 adalah jalan yang insyallah akan menempatkan kita di 6 tingkat syurga yang rendah..

Jalan 2 adalah jalan yang utama yang bakal insyallah menempatkan kita di syurga Firdaus bersama para nabi dan rasul...dan inilah dia jalan yang hanya boleh ditempuh melalui disiplin TASAWWUF..

Jadi fikir fikirkanlah jalan mana yang menjadi pilihan...

Sunday, April 25, 2010

AL ISLAM معرفة الإسلام

Muqadimah
Ketika Allah SWT menjadikan Islam sebagai jalan kehidupan bagi kaum muslimin, tentulah Allah sudah mengetahui akan berbagai hal yang akan dihadapi oleh manusia (baca; kaum muslimin) itu sendiri. Karena Islam menginginkan adanya penyelesaian dan kedamaian atas segala hal yang menimpa manusia dalam kehidupan mereka. Dan seperti itulah sesungguhnya profil al-Islam. Islam merupakan pegangan hidup manusia yang mampu mengantarkan mereka pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat, serta mampu mengentaskan segala problematika yang mereka hadapi.

Sejarah telah memperlihatkan kepada kita, betapa Islam mampu menjadi poros dunia yang memimpin serta menguasai peradaban dalam waktu yang relatif lama. Dan jika diperhatikan, kejayaan dan kemajuan Islam sangat identik dengan kekomitmenan mereka terhadap Islam. Demikian juga sebaliknya, ketika komitmen tersebut telah meluntur maka kejayaan Islampun mulai pudar, seiring pudarnya keimanan kaum muslimin. Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya telah mengingatkan kepada kita:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِهِ
(وراه مالمك)

‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan pernah tersesat selagi masih berpegang teguh pada keduanya; yaitu kitabullah (al-Qur’an) dan sunah nabinya (al-Hadits).’ (HR. Imam Malik)

Kemunduran kaum muslimin juga merupakan bagian dari ‘kesesatan’ sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits di atas. Karena dalam kondisi mundur, sangat mudah bagi musuh-musuh Islam untuk melancarkan berbagai hujaman kepada Islam, baik berbentuk politik, ekonomi, militer, pendidikan dan lain sebagainya, sebagaimana yang terjadi sekarang ini. Kemudian kemunduran seperti inipun disebabkan karena mengendurnya komitmen kaum muslimin terhadap Islam. Untuk itulah, perlu kiranya bagi kita untuk mengkaji ulang tentang hakekat dinul Islam secara utuh dan menyeluruh agar kita dapat kembali meraih kejayaan yang telah hilang dari tangan kita.

Mengenal Islam
Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.
الإسلام مصدر من أسلم يسلم إسلاما
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah:

1. Berasal dari ‘salm’ (السَّلْم) yang berarti damai.
Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman (QS. 8 : 61)
وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian. Dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman : (QS. 49 : 9)
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu'min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: (QS. 22 : 39)
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.”

2. Berasal dari kata ‘aslama’ (أَسْلَمَ) yang berarti menyerah.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya. Menunjukkan makna penyerahan ini, Allah berfirman dalam al-Qur’an: (QS. 4 : 125)
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”

Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat Allah berfirman: (QS. 6 : 162)
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya. Allah berfirman: (QS. 3 : 83) :
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.”

Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita menyerahkan diri kita kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT. Karena insya Allah dengan demikian akan menjadikan hati kita tentram, damai dan tenang (baca; mutma’inah).

3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun (اسْتَسْلَمَ - مُسْتَسْلِمُوْنَ): penyerahan total kepada Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 37 : 26)
بَلْ هُمُ الْيَوْمَ مُسْتَسْلِمُونَ
“Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.”

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena sebagai seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki, hanya kepada Allah SWT. Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain sebagainya hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan yang bersinggungan dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan dan lain sebagainya, semuanya dilakukan hanya karena Allah dan menggunakan manhaj Allah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 2 : 208)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada Allah dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi segala yang dilarang-Nya.

4. Berasal dari kata ‘saliim’ (سَلِيْمٌ) yang berarti bersih dan suci.
Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 26 : 89):
إِلاَّ مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

Dalam ayat lain Allah mengatakan (QS. 37: 84)
إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.”

Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat. Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan utamanya untuk mensucikan dan membersihkan jiwa manusia. Allah berfirman: (QS. 5 : 6)
مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syari’at Islam) itu hendak menyulitkan kamu, tetapi sesungguhnya Dia berkeinginan untuk membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”

5. Berasal dari ‘salam’ (سَلاَمٌ) yang berarti selamat dan sejahtera.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an: (QS. 19 : 47)
قَالَ سَلاَمٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا
Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.

Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.

Adapun dari segi istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap dinul Islam), Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’

Definisi di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari oleh ayat-ayat Al-Qur’an. Diantara poin-poinnya adalah:

1. Islam sebagai wahyu ilahi (الوَحْيُ اْلإِلَهِي)
Mengenai hal ini, Allah berfirman QS. 53 : 3-4 :
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى * إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”

2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW) (دِيْنُ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ)
Membenarkan hal ini, firman Allah SWT (QS. 3 : 84)
قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
“Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri."

3. Sebagai pedoman hidup (مِنْهَاجُ الْحَيَاةِ)
Allah berfirman (QS. 45 : 20)
هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.

4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW
(أَحْكَامُ اللهِ فِيْ كِتَابِهِ وَسُنَّةُ رَسُوْلِهِ)

Allah berfirman (QS. 5 : 49-50)
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ * أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”

5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus. (الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيْمُ)
Allah berfirman (QS. 6 : 153)
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”

6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.(سَلاَمَةُ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ)
Allah berfirman (QS. 16 : 97)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Keuniversalan Islam
Islam merupakan pedoman hidup yang universal, yang mencakup segala aspek kehidupan manusia dalam semua dimensi waktu, tempat dan sisi kehidupan manusia.

1. Mencakup seluruh dimensi waktu
Artinya bahwa Islam bukanlah suatu agama yang diperuntukkan untuk umat manusia pada masa waktu tertentu, sebagaimana syariat para nabi dan rasul yang terdahulu. Namun Islam merupakan pedoman hidup yang abadi, hingga akhir zaman. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 21:107):
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

Rahmat bagi semesta alam artinya bagi seluruh makhluk Allah di muka bumi ini sepanjang masa. Rasulullah SAW sendiripun diutus sebagai nabi dan rasul terakhir yang ada di muka bumi, yang menyempurnakan syariat nabi-nabi terdahulu. Allah berfirman (QS. 33 : 40)
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Sebagai nabi dan rasul terakhir berarti tidak akan ada lagi nabi dan rasul yang lain yang akan menasakh (menghapus) syariat yang dibawa oleh Rasulullah SAW, sebagaimana yang Rasulullah SAW lakukan terhadap syariat para nabi dan rasul yang lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa risalah nabi Muhammad merupakan risalah abadi hingga akhir zaman.

2. Mencakup seluruh dimensi ruang
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan pedoman hidup yang tidak dibatasi oleh batasan-batasan geografis tertentu, seperti hanya disyariatkan untuk suku atau bangsa tertentu. Namun Islam merupakan agama yang disyariatkan untuk seluruh umat manusia, dengan berbagai bangsa dan sukunya yang berbeda-beda. Allah SWT berfirman (QS. 34 :28)
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”

Dari ayat di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an tidak hanya diturunkan untuk orang Arab secara khusus, namun juga untuk orang Eropa, Rusia, Asia, Cina dan lain sebagainya.

3. Mencakup semua sisi kehidupan manusia.
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan pedoman hidup manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, dan tidak hanya agama yang mengatur peribadahan saja sebagaimana yang banyak difahami oleh kebanyakan manusia pada saat ini. Sesungguhnya Islam mencakup seluruh aspek dan dimensi kehidupan manusia, diantaranya adalah:

a. Peribadahan
QS. 51 : 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.

b. Akhlak (Etika/ Tata krama/ Budi Pekerti)
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ
“Bahwasanya aku diutus adalah untuk menyempurnakan kebaikan akhlak/ moral.”
(HR. Ahmad)

c. Ekonomi
QS. 59 : 7
كَيْ لاَ يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ
“supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.“

d. Politik
QS. 5 : 51
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

e. Sosial
QS. 5 : 2
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوا عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah kalian tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan.”

f. Pendidikan
QS. 31 : 13
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لإِبْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Karakteristik Islam
Sebagai agama terakhir yang sempurna, Islam memiliki karakteristik (baca; khasa’ish) yang membedakannya dengan agama-agama yang terdahulu. Diantara karakteristik Islam adalah:

Pertama : Robbaniyah (الربانية)
Karakter pertama dinul Islam, adalah bahwa Islam merupakan agama yang bersifat robbaniyah, yaitu bahwa sumber ajaran Islam, pembuat syari’at dalam hukum (baca; perundang-undangan) dan manhajnya adalah Allah SWT, yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW, baik melalui Al-Qur’an maupun sunnah. Allah SWT berfirman QS. 32 : 1-3:
الم * تَنْزِيلُ الْكِتَابِ لاَ رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ * أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أَتَاهُمْ مِنْ نَذِيرٍ مِنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ*
Alif Laam Miim. Turunnya Al Qur'an yang tidak ada keraguan padanya, (adalah) dari Tuhan semesta alam. Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan: "Dia Muhammad mengada-adakannya". Sebenarnya Al Qur'an itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk.

Dengan karakteristik ini, Islam sangat berbeda dengan agama manapun yang ada di dunia pada saat ini. Karena semua agama selain Islam, adalah buatan manusia, atau paling tidak terdapat campur tangan manusia dalam pensyariatannya.

Kedua : Syumuliyah / universal (الشمولية)
Artinya bahwa karakteristik Islam adalah bahwa Islam merupakan agama yang universal yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Menyentuh segenap dimensi, seperti politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dsb. Mengatur manusia dari semenjak bangun tidur hingga tidur kembali. Merambah pada pensyariatan dari semenjak manusia dilahirkan dari perut ibu, hingga ia kembali ke perut bumi, dan demikian seterusnya. Perhatikan firman Allah QS. 2 : 208.
Imam Syahid Hasan Al-Banna mengemukakan:
“Islam adalah sistem yang syamil ‘menyeluruh’ mencakup semua aspek kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan umat, moral dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu pengetahuan dan hukum, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran. Sebagaimana juga ia adalah aqidah yang murni dan ibadah yang benar, tidak kurang tidak lebih.”

Ketiga : Tawazun/ Seimbang (التوازن)
Karakter ketiga agama Islam adalah bahwa Islam merupakan agama yang tawazun (seimbang). Artinya Islam memperhatikan aspek keseimbangan dalam segala hal; antara dunia dan akhirat, antara fisik manusia dengan akal dan hatinya serta antara spiritual dengan material, demikian seterusnya. Pada intinya dengan tawazun ini Islam menginginkan tidak adanya ‘ketertindasan’ satu aspek lantaran ingin memenuhi atau memuaskan aspek lainnya, sebagaimana yang terdapat dalam agama lain. Seperti tidak menikah karena menjadi pemuka agamanya, atau meninggalkan dunia karena ingin mendapatkan akhirat. Konsep Islam adalah bahwa seorang muslim yang baik adalah seorang muslim yang mempu menunaikan seluruh haknya secara maksimal dan merata. Hak terhadap Allah, terhadap dirinya sendiri, terhadap istri dan anaknya, terhadap tetangganya dan demikian seterusnya.

Keempat : Insaniyah (الإنسانية)
Karakter yang keempat adalah bahwa Islam merupakan agama yang bersifat insaniyah. Artinnya bahwa Islam memang Allah jadikan pedoman hidup bagi manusia yang sesuai dengan sifat dan unsur kemanusiaan. Islam bukan agama yang disyariatkan untuk malaikat atau jin, sehingga manusia tidak kuasa atau tidak mampu untuk melaksanakannya. Oleh karenanya, Islam sangat menjaga aspek-aspek ‘kefitrahan manusia’, dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Sehingga dari sini, Islam tidak hanya agama yang seolah dikhususkan untuk para tokoh agamanya saja (baca ; ulama). Namun dalam Islam semua pemeluknya dapat melaksanakan Islam secara maksimal dan sempurna. Bahkan bisa jadi, orang awam akan lebih tinggi derajatnya di hadapan Allah dari pada seorang ahli agama. Karena dalam Islam yang menjadi standar adalah ketakwaannya kepada Allah.

Kelima : Al-Adalah / Keadilan (العدالة)
Karekteristik Islam berikutnya, bahwa Islam merupakan agama keadilan, yang memiliki konsep keadilan merata bagi seluruh umat manusia, termasuk bagi orang yang non muslim, bagi hewan, tumbuhan atau makhluk Allah yang lainnya. Keadilan merupakan inti dari ajaran Islam, apalagi jika itu menyangkut orang lain. Allah berfirman: (QS. 5 : 8)
اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Berbuat adillah kalian, karena keadilan itu dapat lebih mendekatkan kalian pada ketaqwaan. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kalian kerjakan.”

Inilah beberapa karakteristik terpenting dari agama Islam. Di luar kelima karakteristik ini, sesungguhnya masih banyak karakteristik Islam lainnya. Kelima hal di atas hanyalah sebagai contoh saja.

Penutup
Inilah sekelumit informasi mengenai Al-Islam, yang tidak lain dan tidak bukan adalah agama yang benar-benar bersumber dari Allah SWT, yang tiada keraguan sedikitpun mengenai kebenarannya. Islam merupakan agama sempurna yang menyempurnakan agama-agama terdahulu yang sudah banyak dikotori oleh campur tangan pemeluknya sendiri.
Tiada jalan bagi kita semua melainkan hanya menjadikan Islam sebagai pegangan hidup dalam segala hal, dalam beribadah, bermuamalah, berpolitik, berekonomi, berpendidikan, bersosial dan lain sebagainya. Kebagahian merupakan hal yang insya Allah akan dipetik, oleh mereka-mereka yang memiliki komitmen untuk melaksanakan Islam secara kaffah, sebagaimana para pendahulu-pendahulu kita. Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamab-Nya yang baik. Amiin.

Saturday, April 3, 2010

SANAD TAREKAT KHALWATIYAH IDRISIYYAH

SANAD TAREKAT KHALWATIYAH IDRISIYYAH


Tarekat Syaziliah

1. Nabi Muhammad Rasulullah S.A.W
2. Sayyidina Ali Karramallahu wajha
3. Saiiydina Hassan ibn Ali
4. Syeikh Abu Said Al-Hassan Ibn Hassan Yasar al-Fajri
5. Syeikh Abu Muhammad Habib Ibn Isa al-Ajami
6. Syeikh Sulaiman Dawud Ibn Nasir at-Tai
7. Syeikh Abu Mahfuz Maaruf Ibn Fairuz al-Karkhi
8. Syeikh Abu al-Hasan Sari Ibn al-Mughalis al-Saqati
9. Syeikh Abu al-Qasim al-Junaid Ibn Muhammad al-Bhagdadi
10. Syeikh Abu Bakr Dulaf Ibn Jahdar asy-Syidli
11. Syeikh Abu al-Fadl Abdul Wahid Ibn Abdul Aziz at-Tamimi
12. Syeikh Abu al-Fath (Abu al-Faraj) Abdur Rahman Ibn Abdullah at-Tarsusi
13. Syeikh Abu Hassan Ali Ibn Muhammad al-Qurasy al-Hakkari
14. Syeikh Abu Said al-Mubarak Ibn Ali al-Mahzumi al-Mukharimi
15. Syeikh Abu Muhammad Abdul Qadir Ibn Musa al-Jailani
16. Syeikh Abu Madyan Syuaib Ibn al-Hussain al-Andalusi al-Tilimsani
17. Syeikh Abdur Rahman al-Attar az-Zayyat al-Madani
18. Syeikh Abdus Salam Ibn Masyasy
19. Syeikh Abu Hasan Ali Ibn Abdullah az-Syazili
20. Syeikh Abu al-Abbas Ahmad Ibn Umar al-Mursi
21. Syeikh Tajuddin Ahmad Ibn Athoillah al-Iskandari
22. Syeikh Dawud al-Bakhili (Ibn Bakhila)
23. Syeikh Bahr as-Safa
24. Syeikh Ali Wafa
25. Syeikh Yahya al-Qadiri
26. Syeikh Abul al-Abbas Ahmad Ibn al-Uqbah al-Hadrami
27. Syeikh Abu al-Abbas Ahmad Ibn Isa (az-Zarruq)
28. Syeikh Ibrahim Afaham
29. Syeikh Ali al-Sawjahi (ad-Dawar)
30. Syeikh Abd Rahman al-Majzub
31. Syeikh Ahmad Yusuf al-Fasi
32. Syeikh Ali Ibn Abdullah
33. Syeikh Abu Kasim al-Wazir
34. Sayyidi Ahmad Idris



Tarekat Idrisiyyah

1. Sayyidi Ahmad Idris
2. Sidi Syeikh Ibrahim Rasyidi
3. Sidi Haji Abdus Samat Bin Muhammad Salleh Tabal al-Fathan al-Kelantani (Tuan Tabal)
4. Sidi Haji Wan Muhammad Tuan Tabal
5. Sidi Haji Daud Labidi
6. Sidi Muhammad Hizam
7. Abd Halim Bin Abd Rahim



Tarekat Khalwatiyyah

1. Syeikh Yusuf Tajul al-Khalwati al-Makasari
2. Kiyai Syuaib Jamali (Bentan)
3. Kiyai Mukthar Muti (Ploso, Jawa Timur)
4. Abang Nir Rahim
5. Abd Halim Bin Abd Rahim

Friday, March 26, 2010

Selawat Azamiah (الصلوات العظمية )

Selawat Azamiah (الصلوات العظمية )

Lafaznya ialah:-

اَللّهُمَّ اِنِّيْ أَسْاَلُكَ بِنُوْرِ وَجْهِ اللهِ الْعَظِيْمِ الَّذِي مَلأ أَرْكانَ عَرْشِ اللهِ الْعَظِيْمِ وَقَاْمَتْ بِهِ عَوَاْلِمُ اللهِ الْعَظِيْمِ أَنْ تُصَلِّىَ عَلَى مَوْلانَا مُحَمَّدٍ ذِي الْقَدْرِ الْعَظِيْمِ وَعَلَى آلِ نَبِيِّ اللهِ الْعَظِيْمِ بِقَدْرِ عَظَمَةِ ذَاْتِ اللهِ الْعَظِيْمِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ عَدَدَمَا فِيْ عِلْمِ اللهِ الْعَظِيْمِ صَلاةً دَاْئِمَةً بِدَوَاْمِ اللهِ الْعَظِيْمِ تَعْظِيْمًا لِحَقِّكَ يَا مَوْلانَا يَا مُحَمَّدُ يَا ذَا الْخُلُقِ الْعَظِيْمِ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ مِثْلَ ذَلِكَ وَاجْمَعْ بَيْنِىْ وَبَيْنَهُ كَمَا جَمَعْتَ بَيْنَ الرُّوْحِ وَالنَّفْسِ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا يَقَظَةً وَمَنَامًا وَاجْعَلْهُ يَارَبِّ رُوْحًا لِذَاْتِىْ مِنْ جَمِيْعِ الْوُجُوْهِ فِى الدُّنْيَا قَبْلَ الأخِرَةِ يَا عَظِيْمُ

Ertinya:- Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepadaMu dengan Nur Wajah Allah yang Maha Besar, yang memenuhi segala penjuru ‘Arasy Allah Yang Besar, dan dengannya berdiri seluruh alam Allah yang Agung. Moga Engkau berselawat ke atas penghulu kami Muhammad S.A.W yang mempunyai martabat yang agung dan ke atas keluarga Nabi Allah Yang Besar, dengan kadar kebesaran Zat Allah Yang Maha Besar, pada setiap kerlipan mata dan nafas sebanyak bilangan ilmu Allah Yag Maha Besar, dengan selawat yang berkekalan sebagaimana kekalnya Allah Yang Maha Besar, Penghormatan bagi Engkau wahai tuan kami, wahai Muhammad, wahai yang mempunyai akhlak yang besar (indah). Salam kesejahteraan daripadaMu ke atas keluarganya seperti yang demikian itu juga. Himpunkanlah di antara aku dan dia (Nabi Muhammad S.A.W ) sebagaimana Engkau menghimpunkan antara roh dan jasad, zahir dan batin sama ada ketika sedar atau tidur. Jadikanlah dia (Nabi Muhammad S.A.W ) wahai Tuhanku, roh bagi zatku daripada sekalian wajah (keadaan) di dalam dunia ini sebelum hari akhirat, wahai Allah yang Maha Besar.

Sunday, March 21, 2010

Definisi Tarekat

Tarekat berasal dari bahasa Arab thariqah, jamaknya tharaiq, yang berarti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) Metode, system (al-uslub), (3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), (4) keadaan (al-halah), (5) tiang tempat berteduh, tongkat, payung (‘amud al-mizalah).

Menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat.

Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.

Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan) dan sistem hirarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah dan silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan karamah, barakah atau syafa’ah atau limpahan pertolongan dari guru.

Pengertian diatas menunjukkan Tarekat sebagai cabang atau aliran dalam paham tasawuf. Pengertian itu dapat ditemukan pada al-Thariqah al-Mu'tabarah al-Ahadiyyah, Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naksibandiyah, Tarekat Rifa'iah, Tarekat Samaniyah dll. Untuk di Indonesia ada juga yang menggunakan kata tarekat sebagai sebutan atau nama paham mistik yang dianutnya, dan tidak ada hubungannya secara langsung dengan paham tasawuf yang semula atau dengan tarekat besar dan kenamaan. Misalnya Tarekat Sulaiman Gayam (Bogor), Tarekat Khalawatiah Yusuf (Suawesi Selatan) boleh dikatakan hanya meminjam sebutannya saja.

Kedudukan Tarekat dalam Empat Kedalaman Spiritual Beragama

Syariah-thariqah-hakikah.jpg

Bagan Empat Tingkatan Spiritual Umum dalam Islam, syari'at , tariqah atau tarekat, haqiqah atau hakikat (dari kata Haqq). Tingkatan keempat, ma'rifat , merupakan tingkatan yang 'tak terlihat'. Tingkatan keempat sebenarnya merupakan inti dari wilayah hakikat, sebagai esensi dari seluruh tingkatan kedalaman spiritual beragama tersebut.